Jumat, 18 November 2011

1929 : Runtuhnya Wall Street

 
 
Salah satu kehancuran bursa paling dahsyat dalam sejarah pasar modal dunia ini berawal dari eforia warga AS berinvestasi besar-besaran di pasar saham.

Eforia itu menjadi-jadi ketika para pialang meminjamkan dana kepada investor untuk membeli saham, atau dalam istilah pasar modal dikenal dengan margin trading. Di sisi lain, para analis dan spekulan memuji-muji saham tertentu walaupun sebenarnya saham itu "sampah".

Uang yang masuk ke pasar modal AS secara bertubi-tubi mengangkat harga saham menjadi terlalu tinggi, melebihi pertumbuhan fundamental emiten saham itu sendiri. Selanjutnya, yang terjadi adalah gelembung ekonomi (economic bubble). Ibarat balon yang terus ditiup, bursa AS akhirnya "meletus". Investor yang baru meraih keuntungan besar dari pasar yang sedang bergairah tiba-tiba harus mempersiapkan diri untuk jatuh miskin.

Setelah mencapai puncaknya pada 3 September 1929 di level 391,17 poin, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kemudian terkoreksi selama sebulan hingga turun 17 persen. Kamis, 24 Oktober 1929, investor kembali berlomba melepas sahamnya secara massal. Peristiwa yang dikenal dengan "Black Thursday" atau "Kamis Kelabu" itu mengakibatkan Dow Jones kembali jatuh, sebesar 13 persen.

Selanjutnya, pada Selasa 29 Oktober 1929, harga saham kembali anjlok 12 persen. Peristiwa ini dikenang dengan sebutan "Black Tuesday" atau "Selasa Kelabu".

Total kerugian investor AS di tahun 1929 mencapai 30 miliar dollar AS. Angka itu jauh melebihi biaya yang dikeluarkan AS untuk Perang Dunia II. Runtuhnya Wall Street dianggap sebagai gejala, bahkan penyebab, Great Depression atau Depresi Besar di AS tahun 1929-1938.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar